
Kayuagung, SN
Kian banyaknya titik api atau hotspot yang terpantau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) saat puncaknya musim kemarau saat ini mendapat reaksi dari bupati, Iskandar SE. Bupati akhirnya memberikan warning kepada seluruh perusahaan perkebunan yang mencari laba di daerah ini.
“Ada tanggungjawab dari perusahaan untuk menjaga kelestarian lingkungan, tolong seluruh pimpinan perusahaan membicakan ini. Pantau api secara maksimal dan lakukan pemadaman,” kata Iskandar saat memonitor pemadaman kebakaran lahan gambut di Jalan Sepucuk Kayuagung, Selasa (1/9) siang.
Wujud warning atau peringatan dari bupati kepada perusahaan perkebunan bukan itu saja, Iskandar juga mewarning perusahaan untuk berpartipasi pada sektor infrastruktur. Misalnya saat perusahaan membuat kanal, tanahnya jangan ditimbun ke lahan perusahaan tapi justru harus ditimbun ke jalan.
“Jika kanal terus-terusan digali dan tanahnya ditimbun ke lahan perusahaan, jalan umum ini akan longsor. Jumlah PT perkebunan di OKI ada lebih kurang 50, harus rapat bersama dan jangan dibebankan pada 1 perusahaan. Kawasan Sepucuk ada duluanya ada masterplan untuk pembuatan kanal besar, ini harus dibangun perusahaan,” ujarnya di hadapan beberapa orang perwakilan perusahaan.
Sambungnya, petugas pemadam kebakaran lahan dan hutan harus memiliki peralatan dan perlengkapan maksimal seperti selang yang panjangnya ratusan meter dan mesin pompa air berdaya besar. Jika belum memiliki, perusahaan harus bertanggungjawab. “Di kawasan Jalan Sepucuk ini dulunya daerah resapan air. Tapi setelah banyak PT di sini, resapan airnya tidak ada lagi,” cetusnya.
Dikatakan Iskandar didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) OKI Azhar SE, petugas yang melakukan pemadaman kemarin komplit beserta peralatan dan perlengkapannya. Meski begitu, faktor alam tentunya sangat berpengaruh terhadap sulitnya memadamkan api dan mengurangi hotspot.
Kendala itu dibeberkannya, terjadi perubahan jumlah titik api yang terjadi setiap saat sesuai pola angin. Saat petugas memadamkan titik api di suatu area, maka di area lainnya muncul titik api baru. Bahkan bupatipun mengakui petugas terkendala faktor alam dalam upaya menekan jumlah hotspot.
“Arah angin sering berubah, itu kendalanya. Peralatan yang kami miliki tak mampu menjangkau titik api yang jauh dari jalan, minimnya stok air di area kebakaran juga menjadi kendala,” ungkap Iskandar.
Terkait pelaku pembakaran lahan dan hutan, Bupati OKI tak mengetahui dan tak mau menduga siapa pelakunya apakah warga setempat atau justru dilakukan sengaja oleh perusahaan perkebunan untuk membuka lahan baru. “Gubernur dan bupati sudah bertekad agar Sumsel zero asap, tapi ternyata di OKI tak bisa,” keluhnya.
Kepala BPBD OKI Azhar SE menambahkan, pantauan pihaknya kemarin jumlahnya titik api selalu berubah-ubah. Per 31 Agustus, jumlah titik api mencapai 66 titik atau bertambah jika dibandingkan sebelumnya yang hanya 14 titik. Namun petugas tetap berjuang untuk menekan jumlahnya karena titik api di OKI masih bisa diatasi, jika tidak pihaknya tentu minta bantuan dari BPBD Sumsel. (iso)


