
Sementara itu, prevalensi stunting di Kota Tangerang setiap tahun terus mengalami penurunan. Pada tahun 2019 angka stunting 16,8 persen, kemudian turun drastis pada tahun 2020 menjadi 9,6 persen, kembali turun pada 2021 menjadi 8,0 persen, dan turun cukup signifikan pada 2022 menjadi 4,7 persen.
Angka ini juga lebih rendah bila dibandingkan dengan angka Provinsi Banten hasil Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) tahun 2019 yakni 24,1 persen dan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 sebesar 24,5 persen dan angka nasional hasil SSGBI tahun 2019 sebesar 27,7 persen, serta hasil SSGI tahun 2021 sebesar 24,4 persen.
“Dari angka-angka tersebut terlihat penurunan kasus stunting di Kota Tangerang yang signifikan. Ini adalah hasil dari kerja sama dan komitmen semua pihak untuk anak-anak Kota Tangerang yang lebih sehat dan kuat. Kini, sederet program pun kami lanjutkan dan kami perkuat untuk menuntaskan kasus stunting,” ujarnya.
Ia menjelaskan, hampir 20 layanan atau program kesehatan yang disajikan untuk penanganan stunting di Kota Tangerang, di antaranya Yuk Jaim (Yuk Jadi Remaja Anti Anemia) dan Aksi Bergizi untuk Remaja, Emak Idep (Sistem Pemantauan Kehamilan Terintegrasi dan Terpadu), Kader Srikandi (Sedari Dini Kawal Ibu Hamil dan Balita). HALAMAN SELANJUTNYA>>


