

Lahat, KoranSN
Sebuah rumah kayu sederhana berbentuk panggung di Desa Karang tanding Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat itu, terlihat ramai. Beberapa tamu tampak duduk di lantai kayu ruang depan, kendati di ruang itu ada satu set kursi tamu. Di sudut dekat kursi sepasang suami istri, Jahimin (50) dan Arneli (45) duduk bersilah berbincang dengan tamu sembari menemani anak lelakinya yang terbaring tak berdaya di ruang itu.
Belakangan ini hampir tiap hari Jahimin kedatangan tamu dari luar dan sekitar kampung. Tujuannya tidak lain untuk menyampaikan rasa simpatik kepada Jahimin dan keluarga, sebab anak lelakinya, Renaldi (15), tidak mampu untuk berdiri maupun bicara karena penyakit jantung yang diindapnya sejak lahir. Berbagai upaya telah dilakukan bapak tiga anak itu, tetapi Renaldi tetap tak kunjung pulih. “Sudah saya coba bawa ke rumah sakit di Palembang, tetapi tetap tidak sembuh juga,” ungkap Jahimin pasrah.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani tersebut, kini hanya mampu berdoa untuk kesembuhan putra bungsunya itu.
Jahimin memang pasrah, tetapi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lahat rupanya tak ingin rakyatnya terus nelangsa. Lewat tim dokter masuk desa (DMD), Dinas Kesehatan (Dinkes) Lahat berupaya mencari jalan keluar untuk kesembuhan Renaldi. “Saya perintahkan tim DMD meng-handle kasus tersebut dan itu sudah dilakukan sejak sebulan lalu,” ujar Kepala Dinkes, H Rasyidi Amri.
Tim DMD telah membawa Renaldi ke Rumah Sakit (RS) Basemah, Kota Pagaralam untuk dilakukan pemeriksaan intensif. Dipilihnya RS Basemah karena secara geografis lebih dekat dari Kecamatan Jarai dibandingkan menuju RSUD Lahat. Hasilnya, dokter ahli jantung RS Basemah menyarankan agar sang pasien dilakukan pengobatan dan perawatan jalan saja. “Hasil pemeriksaan medis yang dilakukan dokter ahli jantung di RS Basemah menyatakan Renaldi tidak dimungkinkan lagi untuk diambil tindakan operatif,” tegas Amri.
Namun demikian, DMD tidak lepas tangan begitu saja. Upaya monitoring keluarga Jahimin terus dilakukan sembari merumuskan kemungkinan adanya opsi lain untuk kesembuhan Renaldi.
Bukan cuma kasus yang menimpa keluarga Jahimin, tim DMD yang dibentuk Dinkes Lahat sejak 2012 telah menyisir 130 desa dari 367 desa se-Lahat. Tugasnya, untuk menjangkau masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan gratis atau cuma-cuma. Target lain melakukan penyuluhan tentang kesehatan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Lalu menjaring pasien dari kalangan kurang mampu misalnya menderita katarak, bibir sumbing dan hidrocefallus untuk dirujuk dari puskesmas hingga rumah sakit dan diobati secara intensif.
Upaya jemput bola dalam mendatangi pasien yang dilakukan 4-5 kali dalam sepekan tersebut juga membawa dokter spesialis untuk berkunjung ke puskesmas melakukan pelayanan kesehatan yang terjadwal sehingga pasien penyakit khusus dikumpulkan untuk menerima pelayanan kesehatan, antara lain dokter spesialis kebidanan serta transfer knowledge untuk tenaga medis yang ada di puskesmas.
Rupanya, program inovatif Dinkes lewat DMD disambut antusias masyarakat. Buktinya, setiapkali dokter dan tim yang terdiri dari delapan orang membuka tempat praktik kerap diserbu warga. Bayangkan, jumlah pasien yang datang sekitar 150 hingga 180 pasien. Mereka malah menunggu kedatangan dokter masuk desa dan justru merasa bisa berobat langsung dengan dokter mereka sangat senang.
Junaidi (40) warga Desa Tinggi Hari, Kecamatan Gumay Ulu mengaku, senang bisa diperiksa dokter. “Tadi tu kami dak tau, jadi cuman sikok-sikok yang berobat. Pas tau itu dokter masuk desa berobatnyo gratis pulo. Ai, ramai juge yang melok perikso. Kebetulan anakku sakit diare, tadi la diperiksonyo,” ungkapnya, sembari mengatakan kebetulan jarak puskesmas jauh dari tempat tinggalnya.
Bupati Lahat, Aswari Riva’i mengemukakan, dalam kepemimpinannya sektor kesehatan memang menjadi salah satu fokus perhatian. “Saya berharap desa-desa yang ada bisa terjangkau semua, agar kesulitan masyarakat untuk berobat karena jarak yang cukup jauh dari pusat kesehatan yang ada dapat teratasi,” tegas Aswari.
Selain itu, tambah Bupati, yang paling krusial masalah ekonomi membuat mereka enggan berobat karena biaya menuju pusat kesehatan yang cukup jauh dengan biaya yang besar. Kedepan Dinkes mencoba mengandeng perusahaan swasta yang ada di Kabupaten Lahat untuk melaksanakan program ini hingga bisa menjangkau seluruh desa.
Aswari juga menjelaskan, agar seluruh program kesehatan berjalan dengan optimal Dinkes Lahat telah menyiapkan sebuah sistem monitoring evaluasi terpadu (MET) fungsinya sangat penting selain mendata soal kinerja juga membuka hot line di MET, sehingga apapun input dari masyarakat atau elemen lainnya dapat termonitor. “MET itu untuk menangkap apa yang tersirat di masyarakat baru setelah itu kita optimalkan dengan sebuah tim termasuk sarananya,” kata Wari. (ADV/hms)


