
BAGAIMANA ini? Sampai pertengahan tahun 2015 ekonomi Negeri kita tak kunjung membaik, iklim investasi tak sesuai harapan, nilai Rupiah terhadap Dollar masih di kisaran Rp 13 ribu, dan banyak pelaku bisnis makin pesimis karena kondisi yang tak juga stabil.
Janji dan harapan yang diberikan selama ini, bagaimana? Ternyata untuk menjadi lebih baik sangat sulit, justeru saat ini rakyat makin pusing dengan aturan dan regulasi yang makin banyak.
Banyak subsidi yang dipangkas, katanya memang sudah layaknya untuk tak disubsidi, tetapi tak diiringi dengan perbaikan. Tetapi untuk semua ini, disebutkan untuk menjadi lebih baik, jadi kita tunggu saja.
Kemudian barang komoditi pertanian dan perkebunan juga terpuruk, sudah sejak tahun lalu harga karet dan sawit sangat rendah, dan sampai saat ini tak juga naik. Padahal komoditi ini yang sangat berperan dalam perekonomian rakyat. Belum lagi bahan galian tambang yang juga ikut turun, kita sebut saja batubara. Untuk membantu masyarakat kelas bawah dari kalangan pertanian dan perkebunan ini, hendaknya ada kebijakan ekonomi agar sesak hati rakyat segera terobati.
Sebagai contoh, penulis sempat berkunjung ke Pagaralam, ternyata harga bahan sayur mayur, buah-buahan dan sejenisnya masih terbilang rendah, padahal harga pupuk lumayan tinggi. Ini menjadi contoh sekelumit persoalan di kelas rakyat kecil.
Lalu kita teringat dengan slogan, Negeri ini sebagai negeri yang kaya dengan sumber daya alam, bahan galian, hutan yang luas, sumber daya manusia yang sangat banyak, dimana itu semua sebuah kekuatan. Bagaimana dengan semua itu? Bagaimana dengan pengelolaannya? Kita sebagai rakyat berhak untuk menanyakan semua itu, karena kita telah bersumbangsih untuk Negeri tercinta sesuai porsinya. Jika semuanya dilakukan dengan baik, bijaksana, dan sesuai aturan tentu saja
akan menjadi sebuah kekuatan untuk menopang ekonomi yang kuat. Tentu untuk semuanya perlu ketegasan di semua lini.
Yang tak diinginkan, apa yang sudah diikrarkan dan dilontarkan justeru diabaikan begitu saja. Kalau benar seperti itu, teganya rakyat sekali lagi hanya dijadikan objek politik untuk mencapai kekuasaan. Kalau begini terus, bagaimana Negeri ini mau maju.’
Masih besar harapan rakyat ke Pemimpin Negeri. Apalagi banyak program yang memang belum dilaksanakan, tetapi hendaknya jangan lama-lama untuk semuanya, karena Bangsa ini adalah Negeri kaya dengan banyak energi.
Perjalanan panjang Negeri kita dari masa ke masa, bahkan sempat terpuruk dalam saat tahun 1998 karena krisis ekonomi, hendaknya menjadi catatan para pengambil keputusan. Ini harus selalu diingatkan, karena begitu banyak urusan negeri ini, dari perang urat syaraf politik, korupsi tak berkesudahan, dan ketegangan di wilayah lain yang tak disangka-sangka. (***)


