
Palembang, SN
Ratusan mahasiswa Universitas PGRI Palembang, mengkritik buruknya fasiitas yang disediakan kampus, sementara uang iuran semester tiap tahun selalu naik. Hal itu, terungkap dalam aksi unjuk rasa di kampus PGRI Palembang, Rabu (28/10).
Aksi demo mahasiswa tersebut dengan membawa spanduk bertuliskan menuntut perbaikan dan pergantian kursi dan meja pengajaran, alat pendingin ruangan, serta wifi yang dianggap mahasiswa hanya sebagai pajangan dan tak dapat digunakan. Mahasiswa juga menuntut perbaikan fasilitas-fasilitas lainnya guna mendukung kegiatan belajar mengajar.
Pantauan Suara Nusantara, ratusan mahasiswa berorasi sembari bernyanyi, sambil menunggu turunnya rektor guna menyampaikan keinginan mereka. Tak lama melakukan orasi, akhirnya rektor Universitas PGRI, Dr H Syarwani Ahmad Ahmad MM bersama petinggi kampus dan beberapa dosen turun untuk menemui mahasiswa.
Sempat terjadi dialog panas antara rektor dengan mahasiswa. Puncaknya, Rektor PGRI Syarwani tampak emosi, ketika mahasiswa terus membantah semua apa yang disampaikannya.
Setelah berdialog sekitar 20 menit, akhirnya disepakati dalam jangka waktu tiga
bulan kedepan, pihak kampus akan memperbaiki sarana yang dikeluhkan mahasiswa tersebut.
Meski demo tersebut berjalan cukup lama, namun tidak mengganggu jalannya perkuliahan.
“Saya setuju dengan semua usulan mahasiswa ini. Tapi saya ini hanya menjalankan yang ada, kalau ada kekurangan ya kita sampaikan ke yayasan. Saya ini tidak ada barangnya, saya juga sama, cuma memakai saja,” jelas Syarwani dihadapan mahasiswa.
Menurutnya, pihak kampus telah memasang wifi untuk mahasiswa, namun memang wifi tersebut tidak terjangkau secara luas, sehingga belum bisa dimanfaatkan seluruh mahasiwa. “Wifi ini tidak murah, sekitar Rp 50 juta perbulan,” ujarnya.
Syarwani mengaku kecewa dengan aksi demo yang dilakukan mahasiswa. Ia menilai jika diinformasikan secara benar dan baik, semuanya akan berjalan dengan baik. Menurutnya, pihak universitas juga sudah mendirikan pembangunan laboratorium sains center lima lantai, dan tinggal mengisi laboratorium tersebut secara bertahap.
“Sementara untuk organisasi mahasiswa, sebenarnya kita sudah mengalokasikan dana, namun memang tidak semua organisasi yang bisa dipenuhi, kedepannya kita akan perbaiki,” tegasnya.
Sementara itu, Koodinator aksi, Edwin mengatakan demo ini dilakukan guna menuntut sarana dan prasarana yang dianggap kurang. Ia akan mengawal janji pihak rektorat yang akan secepatnya memperbaiki fasilitas kampus. “Bayar mahal tapi fasilitasnya tidak sesuai, jadi kami hanya menuntut hak-hak kami,” kritiknya.
Selain itu, Edwin menduga adanya indikasi korupsi dari pihak rektorat karena tidak sesuainya biaya kuliah dengan fasilitas yang diterima oleh mahasiswa. “Jadi kami minta ada transparan dana dari kasubag keuangan. Jika tidak bisa menjelaskan, kami minta pihak Kasubag itu dapat diturunkan,” tukasnya. (den/yun)


