
Ia mewakili ribuan remaja puteri di Indonesia menggaungkan pesan kesatuan dan persatuan dan menjadi Duta Perdamaian Dunia sesuai visi dan misi Yayasan Putri Indonesia.
Dalam mengikuti kegiatan tersebut dia mengaku teringat akan pengalaman beberapa tahun lalu berangkat ke Italia mengikuti pertukaran pelajar. Selama satu tahun tinggal bersama orang-orang asing dengan begitu banyak perbedaan budaya dan bahasa yang mengajarkannya nilai toleransi dan keberagaman yang masih dipegang teguh sampai sekarang.
Pada malam “2nd Borobudur World Peace & Prosperity Event” tersebut dia mengenakan mahkota Borobudur yang terinspirasi dari stupa dan filosofi-filosofi Candi Borobudur.
“Kami para Puteri Indonesia merasa bangga dapat mengenakan mahkota Borobudur merah, hijau, dan biru yang melambangkan identitas kami sebagai perempuan Indonesia,” katanya.
Dia juga terkenang masa-masa karantina Puteri Indonesia 1 bulan lalu di mana seorang perempuan Sunda dari Jawa Barat beragama Islam ini berkenalan dengan para finalis dari Aceh sampai Papua dengan suku, ras, agama, yang berbeda-beda.
Perbedaan itu justru membuat hidupnya begitu hangat, begitu kaya, sesuai semboyan negara Republik Indonesia Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. HALAMAN SELANJUTNYA>>


