

Empat Lawang, KoranSN
Anjloknya harga getah karet dipasaran membuat sejumlah petani di Empat Lawang mulai kesal dan tak sabar menanti kenaikan harga getah karet. Bahkan, beberapa petani sudah menebang pohon karet, demi memaksimalkan produksi tanaman kopi dan kakao.
Iwan (40) misalnya, petani karet di Tebing Tinggi ini mengaku kecewa, anjloknya harga getah karet dalam dua tahun terakhir. Belum lagi kondisi cuaca dan musim tidak teratur, setelah kemarau cukup panjang kini hujan tak menentu.
“Rasanya sulit berkebun karet, mending memaksimalkan produksi kopi dan kakao,” ungkap Iwan, Minggu (31/1/2016).
Begitu juga Fendi (45) petani karet di Desa Pancurmas Tebing Tinggi, setahun terakhir sudah banyak petani hendak menjual kebun karetnya.
“Banyak yang nak jual kebun, dak sesuai lagi hargo karet. Kalo dapat 60 kilo seminggu sekarang kami cuma dapat uang Rp 200 ribu, mana cukup dek untuk kebutuhan sehari-hari saja kurang,” keluhnya.
Ia tak menampik, sudah banyak petani menjual atau menggadaikan kebun, ada juga menebang pohon karet dan beralih menanam kopi atau kakao.
“Ada juga yang menjual kebun, lalu membeli motor dan ngojek,” terangnya.
Informasi dihimpun menyebutkan, harga getah karet di tingkat petani anjlok drastis, hanya di kisaran Rp 3200 hingga Rp 3500 per kilogram. Itupun jenis karet kualitas standar atau tatal sedang (TS), kalau jenis karet tatal banyak (TB) atau kualitas buruk pengepul keliling hanya berani membeli dengan harga Rp 3000 perkilogram.
Harga getah karet bisa lebih tinggi Rp 4000 perkilogram, tapi harus diantar ke touke besar. Namun penghasilan petani sama saja, karena harus mengeluarkan ongkos angkut Rp 500 perkilogram.
Sil (40) salah seorang pengepul karet di Tebing Tinggi, mengatakan tidak bisa menaikkan harga, karena permintaan dan harga di pabrik menurun.
“Touke seperti kami hanya spekulasi, soal untung tergantung sortiran di pabrik,” katanya.
Ia tak menampik, hasil produksi karet petani menurun, karena sudah banyak yang menebang dan menjual kebunnya.
“Petani langganan kami pun sudah berkurang, karena tidak lagi nyadap dan beralih ke profesi lain,” pungkasnya. (foy)


