

Empat Lawang, KoranSN
Harapan warga akan ada kenaikan harga jual karet tak kunjung tiba. Bahkan sebaliknya, terjadi penurunan harga pada komoditas andalan warga tersebut, sebab harga karet sekarang jatuh yakni satu Kg hanya Rp 4.500 sampai Rp 5.000.
Demikian dikatakan Sopian, warga Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang, Senin (18/2/2019).
Menurut Sopian, kenaikan harga karet di desanya sempat menyentuh Rp 5.400 per kilogram (Kg). Belakangan harga kembali turun sebayak Rp 400 per Kg, sedangkan harga getah karet untuk yang paling mahal hanya Rp 5.000 per Kg, hingga kondisinya semakin mempersulit petani karet.
“Petani tidak ada pilihan lagi. Tidak mau nyadap sama dengan tidak bisa makan. Sekarang petani karet makin terpuruk,” ujarnya.
Apa lagi pada musim penghujan seperti sekarang ini lanjutnya, para petani semakin susah. Harga getah semakin murah, aktivitas petani untuk menyadap juga semakin sulit. Sementara, harga beras di pasaran sudah di atas Rp 10 ribu per Kg.
“Butuh 2 Kg sampai 3 Kg karet untuk dapat membeli beras sekilo. Belum lagi, untuk kebutuhan lainnya seperti; anak sekolah dan biaya berobat kalau ada anggota keluarga yang sakit. Makin susah saja rasanya jaman sekarang,” imbuhnya.
Dikatakannya, jika para petani terpaksa mencari pekerjaan sampingan untuk menutupi kekuranagan uang belanja. Bahkkan para ibu-ibu terpaksa bekerja kasar di perusahaan perkebunan sawit untuk membantu suami menutupi kekurangan uang belanja.
“Ya begitulah sekarang. Kondisi seperti ini sudah sejak harga getah karet jatuh,” akunya.
Sementara menurut Kholidi, warga yang sama menjelaskan, untuk mendapatkan getah sebanyak 30 Kg, petani karet harus menyadap selama 2 sampai 3 hari. Ini artinya, perorangnya hanya menghasilkan 10 Kg per harinya. Sama dengan gaji petani itu hanya Rp 50 ribu per kali sadap.
“Dalam satu bulan paling banyak 20 kali sadap, sama dengan Rp1 juta per bulan. Itu jika kebun milik sendiri. Namun kebanyakan petani kita di sini menyadap karet milik orang lain, bagi dua. Jadi sama dengan Rp 500 ribu per bulan,” terangnya.
Menurutnya, wajar jika perekonomian para petani karet di bawah garis kesejahteraan. Karena memang penghasilannya sangat tidak memadai yang juga diperparah dengan kondisi harga kebutuhan pokok semakin mahal.
“Makanya saat ini daya beli di Tebing Tinggi semakin menurun. Karena memang mayoritas warganya yang merupakan petani karet tidak memiliki penghasilan berlebih,” pungkasnya. (foy)


