

Palembang, KoranSN
Sejumlah kendaraan roda dua dengan kecepatan sedang terlihat melaju menyusuri jalan aspal melaju hingga melintasi sebuah jembatan beton konstruksi besi di atas Sungai Selangis, siang akhir pekan lalu.
Kini ratusan warga Kecamatan Gumay Ulu maupun Kecamatan Tanjung Tebat, termasuk masyarakat daerah lain di Kabupaten Lahat dan sekitarnya patut bersyukur jalan dan jembatan yang menghubungkan kedua kecamatan itu sudah bisa digunakan. “Kami terime kaseh nian nga Bupati Lahat, dengan dibuatkanye jeramba ni, ka rami dusun-dusun di Gumay Ulu ni,” ujar Diman, 40, warga Gumay Ulu, yang berhenti sejenak saat melintas di tempat itu.
Diman betul, sejak jembatan Sungai Selangis rampung banyak dusun di dua kecamatan tersebut mulai ramai. Sebab akses kedua daerah itu semakin terbuka, bukan cuma kendaraan roda dua saja yang melintas, sejumlah kendaraan roda empat milik pribadi maupun mobil jasa travel kerap pula menggunakan jalur pintas yang menghubungkan Kota Lahat menuju Kota Pagaralam.
“Kalau lewat jalur itu, dari Lahat menuju Pagaralam waktu tempuhnya lebih cepat, hanya memakan waktu satu jam,” ujar Ujang, 34, sopir travel.
Dia menambahkan, umumnya untuk menuju Pagaralam kendaraan roda empat melewati Tebing Lematang dan Endikat yang memerlukan waktu sekitar dua jam. “Dari Kota Lahat, Kecamatan Pulau Pinang, Pagar Gunung, Tanjung Tebat, Gumay Ulu, hingga Kecamatan Dempo Tengah, baru masuk Kota Pagaralam,” paparnya, sembari menyebutkan, sekarang tidak perlu lagi melintasi Kecamatan Dempo Selatan.
Jembatan Sungai Selangis dibangun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lahat yang anggarannya berasal dari dana aspirasi DPRD Sumatera Selatan (Sumsel) 2015, sebesar Rp21 miliar. Menurut Bupati Lahat, Aswari Riva’i, dana aspirasi yang disalurkan dari DPRD Sumsel tersebut sangat membantu sekali dalam pembangunan jembatan itu untuk pembangunan daerah.
“Jika menggunakan dana APBD sepenuhnya dalam pelaksanaan pembangunan tersebut begitu besar anggaran yang harus dialokasikan, sehingga tidak menutup kemungkinan pelaksanaan pembangunan jembatan ini akan tersendat,” kata Wari, beberapa waktu silam.
Wari mengungkapkan, tujuan dari pembangunan jembatan ini agar memudahkan masyarakat dari kedua kecamatan itu dalam mendistribusikan hasil alam mereka. Diharapkan bisa terjadinya pertumbuhan pembangunan di wilayah sekitar yang didukung oleh hasil alam mereka.
“Kontribusi Rakyat”
Meski anggaran pembangunan jembatan berasal dari APBD Sumsel, namun Pemkab Lahat telah memberikan kontribusi mengerahkan masyarakat untuk berpartisipasi mendukung pembangunan dengan cara menghibahkan tanah untuk perluasan jalan akses menuju jembatan.
Kepiawaian seorang Aswari didukung perangkat Pemkab Lahat hingga kecamatan, sekitar 21 kepala keluarga Kecamatan Tanjung Tebat, rela melepas lahan untuk pembangunan jembatan tersebut. Sebelumnya, sejumlah warga belum memahami manfaat pembangunan jembatan yang akan berdampak luas karena terbukanya akses ke Pagaralam dan Bengkulu.
Rupanya, sang Bupati punya resep khusus untuk ‘merayu’ warga agar terlibat langsung dalam pembangunan yakni lewat kearifan lokal. Wari mengubah konsep kunjungan bupati ke desa, umpamanya, ketika mengunjungi desa, warga selalu melayani Bupati dan rombongan dengan menjamu makanan yang enak. Sementara para warga tidak ikut makan, padahal warga yang menyuguhkan sajian belum tentu warga yang mampu.
Mindset itu lalu diubah Wari, setiap kali berkunjung ke satu desa, dia membawa katering sendiri. Porsinya menyesuaikan jumlah warga desa yang dikunjungi ditambah separuh. Jika di desa X ada 1.000 orang, dia bawa 1.500 porsi. Hidangan tersebut dikombinasikan dengan suguhan yang sudah disiapkan warga. Dengan demikian, bupati dan warga bisa makan bersama di setiap kunjungan. Rupanya, strategi itu cukup efektif untuk mendekati masyarakat. (ADV/Hms)


