
Arika Fatinah Ramadani, bayi perempuan berusia 15 bulan, Minggu (11/10) pukul 17.00 WIB menghembuskan nafas terakhir di salahsatu rumah sakit swasta di Kota Palembang.
Anak pertama dari pasangan suami istri M Bakri (31), dan Asnayanti (27), warga Jalan Swadaya Lorong Keluarga RT 42 Pakjo Ujung Palembang ini, meninggal dunia diduga karen kabut asap yang terjadi di Sumsel saat ini.
Sebelum meninggal dunia, almarhumah sempat dirawat di ruang ICU selama dua jam. Arika Fatinah Ramadani, dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebun Bunga Palembang, Senin siang (12/10) sekitar pukul 12.48 WIB.
Pantauan di lapangan saat pemakaman dilakukan, suasana haru disertai tangisan dari kedua orang tua Arika Fatinah Ramadani, serta pihak keluarga mewarnai prosesi pemakaman.
Bahkan ayah almarhumah M Bakri terlihat sangat terpukul dengan kepergian putri sulungnya tersebut. Dengan langkah goyah dan meneteskan air mata, Bakri dibopong dan besandar di dua orang kerabatnya yang menuntunnya menuju mobil usai pemakaman almarhumah dilakukan.
Diceritakan M Bakri, kepergian putrinya berawal saat ia mengajak almarhumah ke rumah neneknya di kawasan Plaju dengan mengendarai sepeda motor. Sepulang dari rumah neneknya, tiba-tiba almarhumah menderita sakit batuk disertai dengan demam yang tinggi.
“Karena badannya panas, saya langsung membawanya ke klinik. Tapi, penyakitnya juga tidak sembuh hingga akhirnya saya membawanyake ke rumah sakit. Selama mendapat perawatan di rumah sakit, penyakitnya masih juga tidak sembuh hingga ia meninggal dunia. Anak saya meninggal dunia, dikarenakan terhisap kabut asap yang saat ini terjadi,” katanya.
Menurutnya, selama menjalani perawatan di rumah sakit
putrinya diberi alat bantu pernapasan berupa oksigen. Setelah dirawat di ruang perawatan, sore harinya barulah almarhumah dimasukan ke ruang ICU.
“Namun setelah dua jam dirawat di ICU, almarhumah meninggal dunia. Memang tahun lalu, anak saya pernah sakit seperti ini dan juga disebabkan oleh kabut asap. Tapi, saat itu penyakit anak saya sembuh dan tidak ada penyakit lainnya. Namun, disaat kabut dan asap tahun ini kembali terjadi, penyakit anak saya ini kembali datang hingga putri saya meninggal dunia,” tandasnya.
Sementara Yamin paman korban menambahkan, apapun diagnosa dokter yang jelas kabut asap yang terjadi di Sumsel saat ini sangat berdampak kepada kesehatan udara, di lingkungan sekitar hingga membuat keponakannya meninggal dunia.
“Dikarenakan kabut asap orang sehat saja bisa sakit, apalagi bayi yang masih kecil. Jadi, udara yang mengandung kabut dan asap sangat berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat, kita harap pemerintah dapat segera mengatasinya secara serius,” tegasnya.
Ditambahkannya, sebelum meninggal dunia keponakannya tersebut dirawat di rumah sakit menggunakan jaminan kesehatan
Jamsoskes. Dikarenakan penyakit keponakannya cukup serius hingga
keponakannya dimasukan ke ruang ICU.
“Ya, kita menduga penyebab meninggalnya keponakan saya ini tidak terlepas dari kabut asap yang saat ini menyelimuti Palembang dan Sumsel. Dengan adanya kabut dan asap membuat udara menjadi tidak sehat hingga berdampak buruk bagi kesehatan,” tandasnya.
Diketahui sebelumnya, M Husen Saputra bayi berusia 28 hari anak ketiga dari pasangan Hendra Saputra (33), dan Musidah (34), warga Jalan Talang Banten Lorong Banten I Kelurahan 16 Ulu Kecamatan SU II, Palembang, Rabu (7/10) menghembuskan nafas terakhir.
Almarhum meninggal dunia diakibat terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang disebabkan oleh kabut asap dari pembakaran lahan yang terjadi di Sumsel. (ded/den)


