
Palembang, SN
Direktur Utama PT Hutama Karya I Gusti Ngurah Putra mengungkapkan, pihaknya kembali merombak sistem konstruksi yang akan digunakan dalam pembangunan tol Palembang – Indralaya (Palindra).
Hal ini diungkapkannya saat bertemu dengan Gubernur Sumsel Alex Noerdin di Griya Agung Palembang, Rabu (29/7).
Sebelumnya, PT Hutama Karya sudah membuat dua kali perombakan konstruksi. Yang pertama, konstruksi tol Palindra akan menggunakan teori kaki seribu. Namun diperkirakan akan membahayakan, maka konstruksi itu pun dibatalkan.
“Lahan tol itu adalah rawa. Bahkan rawa yang sangat dalam dan tekstur tanahnya jelek. Kalau menggunakan kaki seribu, jika ada goyangan pada jalan nantinya akan menyebabkan konstruksi menjadi cacat,” kata Putra.
Lalu, pihaknya mengganti teori konstruksi dengan cakar ayam. Lagi-lagi konstruksi tersebut dinilai berbahaya bagi pengendara jalan nantinya. Selain itu, memerlukan biaya yang besar sebab membutuhkan beton konstruksi yang tidak sedikit.
“Betonnya harus pakai banyak, jadi dinilai akan sulit dalam pembangunan tol Palindra,” beber dia.
Akhirnya, PT Hutama Karya menentukan satu sistem konstruksi baru yang diadopsi dari Tiongkok. Yakni teori Pakem. Penggunaan kontruksi itu dinilai efektif sebab telah digunakan Tiongkok dalam membangun tol yang tanahnya jelek dan lebih buruk dari tanah di Palindra tersebut.
“Kita pilih ini sesuai dengan penelitian dan penilaian para ahli. Ini pertama kali dipakai di Indonesia,” beber dia.
Putra menyebutkan, pihaknya yakin dan optimis dengan bentuk kontruksi pakem tersebut. Untuk konsep pembangunannya akan sama dengan konsep awal, bahkan untuk penggunaan anggaran akan sama.
Konstruksi Pakem itu akan menggunakan anggaran yang lebih sedikit dari konstruksi lainnya. Putra menuturkan, pemerintah pusat telah anggarkan Rp3,4 triliun untuk pembangunan tol Palindra tersebut.
“Kita mulai bergerak minggu depan. Alat berat dan perlengkapan pembangunan tol sudah siap didatangkan ke Sumsel,” ungkap Putra.
Untuk progresnya, lanjut dia, pihaknya akan membangun tol Palindra dimulai dari titik nol yang berada di Kecamatan Pemulutan. Tahap awal akan dibangun dilahan yang sudah bebas dari kepemilikan masyarakat yakni di 7 km.
Namun, penggarapan tol akan dilakukan diatas lahan 5 km. Sebab, mulai dari titik nol hingga 5 km lahan merupakan lahan dengan tanah yang keras.
“Ini lebih mudah. Konstruksinya pun tidak sulit,” ungkap dia.
Putra mengungkapkan, kendala yang ada saat ini hanya status lahan. Jika lahan sudah beres pembebasannya tentunya akan mempermudah pengerjaan dan tidak menyebabkan masalah. Namun saat ini yang bebas baru 7 km dari 22 km panjang tol Palindra.
“Kita minta support pemda untuk selesaikan ini. Saya akan terus awasi. Saya akan kesini (ke Palembang semala dua bulan sekali agar memantau prosesnya,” terang dia.
Sementara itu, Gubernur Sumsel H Alex Noerdin, mengaku kecewa dengan lambannya progres pembangunan tol Palembang-Inderalaya (Palindra). Karenanya, ia meminta agar PT Hutama Karya sebagai pelaksana pengerjaan tol tersebut bisa memproses tol Palindra secepatnya.
Ia menargetkan pembangunan tol Palindra bisa selesai sebelum 2018 mendatang. Ia yakin dengan sudah ditemukannya teknologi baru oleh Hutama Karya untuk kontruksi, untuk pembangunannya akan lebih matang.
“Kita tidak pakai cakar ayam tapi fakum. Nantinya air di rawa disedot, lalu ditimbun tanah lagi lalu dipasang tiang-tiang pancang,” kata dia.
Sejauh ini, di Tiongkok sudah berhasil padahal kondisi lahan di negara tersebut lebih buruk dari Sumsel. Beruntungnya lagi, ujar Alex, anggaran tidak lebih mahal dari perencanaan kontruksi yang sudah ada sebelumnya.
“Kita bangun jalan di tahap pertama sejauh 5 km atau hingga exit tol pertama,” tukasnya. Terkait pembebasan lahan, Alex memastikan akan selesai prosesnya tahun ini.
Diakuinya, pembebasan lahan sudah berjalan hingga sebagian dari 15 km yang terkendala.
“Jika masyarakat tetap tidak mau lahannya dibebaskan, maka akan diproses konsinyuasi oleh Pemprov Sumsel,” pungkasnya. (yun)


