

Lahat, KoranSN
Rasa penat setelah melewati jalan menanjak dan sedikit berliku, terhapus sudah setelah melihat objek menakjubkan yang tersebar di area 19,200 meter persegi itu. Tengok saja, di lokasi yang menjadi kawasan wisata Tinggi Hari tersebut terdapat situs peninggalan tradisi megalitik 1.500 – 1 sebelum Masehi.
Tidak salah lagi, Kabupaten Lahat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi budaya terbesar di Sumatera Selatan (Sumsel).
Bahkan disebut pula, nenek moyang orang Lahat telah jauh lebih dulu mengenal pendidikan tinggi. Buktinya, megalit yang ada di Bumi Seganti Setungguan tersebut terlihat bernilai seni yang tinggi yang berarti pula telah ada budaya tinggi.
Untuk menengok kawasan Tinggi Hari yang berada di Desa Simpur, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat itu, tidak terlalu susah dan cuma memerlukan waktu 45 menit dari pusat kota. Objek wisata Tinggi Hari terbagi dalam tiga komplek situs, yakni pada Tinggi Hari I terdapat menhir berrelief yang menggambarkan manusia dan buaya, potongan batu berbentuk kepala yang diletakkan di atas menhir, batu tegak, batu datar, lumpang batu, dan arca manusia yang kepalanya telah hilang, dan sebuah batu yang berbentuk oval yang diidentifikasikan sebagai babi hutan. Berjarak sekitar 900 meter masuk kompleks Tinggihari II terdapat batu tegak, batu datar, lumpang batu, dan arca manusia yang berupa seorang wanita yang sedang menggendong anak kecil. Kemudian sekitar 1,2 kilometer arah barat, ada kompleks Tinggi Hari III yang tersebar situs megalit batu tegak, batu datar, menhir berrelief yang menggambarkan tokoh manusia, dan dua arca manusia. Area yang berada di sisi paling barat digambarkan sedang berjongkok dengan tangan kiri mengapit nekara, kepala memakai topi (helm) dan di lehernya memakai kalung. Arca lainnya hampir sama namun terlihat sedang memangku anak gajah.
“Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lahat telah berkomitmen terus menjaga kawasan cagar budaya itu, sebagai sebuah peninggalan sejarah tertua di Indonesia bahkan salah satu kawasan megalit terbesar dan terbaik di dunia,” ujar Bupati Lahat, Aswari Rivai.
Dijelaskannya, megalit Lahat disebut terbesar dan terbaik di dunia, karena dibanding dengan megalit yang ada di Chile dan Inggris masih statis seperti totem, sedangkan megalit yang ada di Kabupaten Lahat terlihat memiliki kebudayaan yang tinggi dan lebih dinamis.
Menurutnya, objek wisata megalit berpotensi menjadi wisata ecotourism atau bentuk wisata yang tetap terlindungi keaslian lingkungan hidupnya. Gerakan menjaga ecotourism ini sedang digalakkan di seluruh dunia.
Aswari menjelaskan, di Bumi Seganti Setungguan saat ini terdapat 1.027 megalit yang tersebar di 41 situs bernilai sejarah tinggi yang pernah tumbuh dan berkembang sekitar 2000 tahun silam. “Saking banyaknya situs bersejarah itu, Lahat mendapatkan penghargaan MURI pada 2012, sebagai kabupaten paling banyak tinggalan megalit,” papar Wari.
Balai Arkeologi Palembang telah mengidentifikasi, sedikitnya megalit terdapat pada situs yang berada di daerah Lubuk Tabun, Pajar Bulan, Tanjung Telang, Karang Dalam, Lesung Batu, Pagaralam, Tinggihari, Sawah Jemaring, Gunung Megang, Kampung Bakti, Pajar Bulan, dan Muara Danau.Peneliti dari Balai Arkeologi Palembang, Kristantina Indriastuti mengungkapkan, banyaknya megalit di daerah Pasemah (selain Lahat termasuk pula Kota Pagaralam dan Kabupaten Empat Lawang) merupakan bukti kebesaran budaya yang pernah ada di kawasan barat Pulau Sumatera atau jajaran Bukit Barisan Pasemah yang pernah ada ribuan tahun silam.
“Megalit tersebut banyak ditemukan di persawahan, ladang, kebun kopi bahkan ada pula di halaman rumah maupun kantor Kecamatan,” papar Kristantina, beberapa waktu lalu. (ADV/Hms)


