
DALAM bulan ini warga Kota Palembang sangat tersiksa dengan makin tebalnya kabut asap. Terutama pada pagi hari, sore hari dan malam hari, kabut asap terus menyesak ke pernafasan. Hujan yang diharapkan untuk menepis asap tak kunjung turun. Akibatnya semuanya menderita karena harus mengisap udara yang bercampur asap.
Semalam kabut asap sangat menyiksa, tak hanya membuat batuk dan nafas sesak, kini kepulan asap tersebut terasa sangat pedih di mata. Sangat tak nyaman, ketika bekerja harus mengerenyitkan mata dan terasa perih. Tak hanya itu, aroma asap hasil pembakaran sangat terasa saat bernafas.
Makin tebalnya asap akhirnya membuat semua orang waspada. Saat ini bukan pemandangan yang aneh, banyak warga Kota Palembang memakai masker penutup hidung dan mulut. Ini disebabkan, aktivitas di luar ruangan tak bisa dihindarkan.
Jangan heran ketika melihat ada yang jogging tetap memakai masker, masuk mall memakai masker, masuk rumah makan siap saji memakai masker.
Tentu saja makin buruknya kwalitas udara ini harus dievaluasi, ada apa dengan semua ini? Harus dicari penyebab mengapa kabut asap makin parah. Kemudian yang paling penting, mengapa kabut asap selalu terjadi tiap tahun. Bagaimana kepedulian dari aparat atau pengambil keputusan untuk kondisi ini. (***)