
KALI ini aku mau berbagi cerita dengan saudara dan temanku di Sumatera Selatan tentang Negeri Turki. Dengan penuh semangat dengan pikiran yang masih suntuk karena baru saja menyelesaikan pendidikan yang berat aku terbang Turki, Negeri yang juga terkenal dengan julukan 1001 malam dengan haremnya.
Waah banyak sekali tempat menarik di Negeri yang separuh wilayahnya masuk Asia dan separuh lagi ke wilayah Eropah. Okelah aku akan ceritakaan satu-satu ya. Di Turki aku sempat mampir ke kota antik Efese, kota ini banyak sekali menyimpan cerita sejarah.
Nah yang paling menarik dan seru aku mengungjungi bukit kapur di Pamukale. Bukit ini bentuknya seperti sawah bertingkat yang secara alami terbuat dari mata air yang mengandung banyak kapur. Dari data ilmu pengetahuan yang aku dapat,
bukit ini terbentuk dari proses gempa bumi. Ternyata gempa bumi tak hanya meninggalkan jejak luka mendalam di benak para korbannya, namun kita harus mengakui bahwa dalam kasus ini, gempa bumi membawa sesuatu yang bermanfaat.
Di sini Anda dapat melihat kolam bertingkat yang menakjubkan indah di Pamukkale Provinsi Denizli Turki yang terbentuk secara alami dikarenakan gempa bumi yang mengguncang. Pamukkale berasal dari bahasa Turki “Pamuk” yang berarti kapas dan “Kale” yang berarti benteng. Diberi nama ‘Benteng Kapas’ mungkin karena warna putih intensif dari batuan karbonat tersebut.
Dari semua lokasi indah yang aku kunjungi Negeri Turki, satu tempat yang sangat berkesan dan penuh makna adalah di Masjid
Aya Sofia. Untuk bangunan yang indah dan sampai sekarang masih terpelihara ini, sejarah mencatat sampai tahun 1453, Hagia Sophia (nama semula) ialah gereja katedral (basilika) Bizantium yang dibangun oleh Konstantius, putra Konstantin yang Agung.
Dahulunya gereja ini sering jatuh bangun dihantam gempa, meski bangunannya dibuat berbentuk kubah. Pada 7 Mei 558, di masa Kaisar Justinianus, kubah setelah timur runtuh terkena gempa. Pada 26 Oktober 986, pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025) kembali terkena gempa.
Akhirnya renovasi besar-besaran dilakukan agar tak terkena gempa di awal abad ke-14. Keistimewaan bangunan ini terletak pada bentuk kubahnya yang besar dan tinggi. Ukuran tenghnya 30 meter. Tinggi dan fundamennya 54 m. Interiornya dihiasi mosaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni, dan dindingnya dihiasi ukiran. Saat Konstantinopel ditaklukkan Sultan Mehmed II pada hari Selasa 27 Mei 1453 dan memasuki kota itu, Mehmed II lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid yang dikenal dengan Aya Sofia. Lalu pada hari Jumat-nya langsung diubah menjadi masjid untuk Sholat Jumat.
Dari data didapat, berbagai modifikasi terhadap bangunan segera dilakukan agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan mesjid. Pada masa Mehmed II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di selatan. Selim II (1566-1574) membangun 2 menara dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja. Termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit. Kemudian selama hampir 500 tahun Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid. Patung, salib, dan lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat.
Oh ya teman-teman, ada lagi lokasi yang sangat menarik di Turki, Cysterne Istambul. Tempat menakjubkan ini adalah tempat penampungan air hujan di bawah tanah Istambul. Untuk diketahui ini merupakan ruangan istana bawah tanah dari marmer. Hmmmm…. bangunan dan tata letaknya sangat mengesankan. Kalau kita masuk kesana sekitar 10 meter dibawah Istambul diikuti musik klasik serta lampu yang menenangkan warnanya. Untuk teman dan saudaraku, aku juga ingin berbagi dengam memberikan sedikit hasil jepretanku. (seperti dituturkan kepada Agus Harizal Alwie Tjikmat)


