
Oleh Agus Harizal Alwie Tjikmat
TERLALU sibuk mengemas paket wisata yang itu-itu saja, banyak yang melupakan begitu banyak peninggalan sejarah di Sumsel (bukan hanya Palembang).
Misalnya kita berkunjung ke wilayah Pagaralam, kita akan terpana banyaknya peninggalan benda-benda sejarah dan pra sejarah. Batu-batu besar berbentuk mahluk hidup, dolmen, gua, patung-patung, bahkan alat-alat perlengkapan dari batu atau tembaga banyak ditemukan.
Tak banyak negara-negara di dunia yang punya peninggalan megalith. Nah, di Sumsel begitu banyak batu-batu dengan beraneka bentuk yang mencerminkan tingginya peradaban masa lalu di Tanah Sriwijaya.
Penulis sempat menyaksikan peninggalan megalith di Semendo (daerah pegunungan). Disana ditemui satu lokasi pemukiman, ada meja, kursi dan aneka bentuk lainnya. Uniknya lokasinya berada di padang rumput yang luas. Ini butuh penelitian yang mendalam, tentu saja sangat menarik untuk dikunjungi.
Apalagi Sumsel akan dikunjungi banyak negara di even Asian Games nanti, ini tentunya moment yang menarik untuk memanfaatkan berbagai potensi wisata, termasuk di dalamnya megalith.
Sekarang ini, mirisnya peninggalan sejarah ini bisa dikatakan tak dipelihara dengan baik, dan pemanfaatannya kurang maksimal. Padahal begitu banyak warga luar Pagaralam yang sudah berkunjung ke lokasi ini. Mereka mempromosikan sendiri aset berharga ini di media sosial. Tak terhitung lagi pendatang yang berkunjung dengan inisiatif sendiri ke lokasi, padahal selama ini promosi untuk aset ini sangat minim.
Dari keterangan budayawan setempat, literatur, buku-buku sejarah, diketahui Pagaralam di masa lampau ternyata telah ada peradaban yang sangat tinggi. Ini diketahui dan ditandai dengan adanya temuan-temuan megalith dengan beragam bentuk tersebar di berbagai tempat.
Tak hanya itu kebudayaan sangat setempat mencerminkan pendahulu di Pagaralam adalah leluhur nan agung. Peninggalan yang sangat banyak ini dapat menjadi saksi sejarah dan aset wisata yang berharga, ini tak dipunyai daerah atau negara lain.
Pemprov Sumsel dan Pemkot Pagaralam diharapkan dapat bersinergi untuk menjadikan aset tak ternilai menjadi bukti sejarah, yang bisa menjadi aset wisata, bahan kajian ilimiah, dan bukti kemajuan peradaban Negeri ini di masa lampau.
Tak banyak negara di dunia ini yang tak punya bukti kemajuan peradaban di masa sejarah dan pra sejarah. Tinggal saat ini menjaga dan mempromosikannya, tentu akan banyak wisatawan yang akan penasaran.
Begitu banyak ditemukan benda-benda bersejarah, benda peninggalan masa purba, megalitikum oleh masyarakat maupun dari peneliti, tetapi benda-benda itu kondisnya sudah banyak yang rusak.
Kerusakan benda-benda berharga ini
disebabkan tempahan alam dan tak ada perawatan. Misalnya ada permukaan batu saat ditemukan sudah banyak tertimbun tanah, dan hanya sebagian kecil saja masih terlihat.
Banyak penemuan benda bersejarah sejenis megalith oleh masyarakat belum belum dilaporkan ke pihak terkait dalam hal ini Balai Arkeolog. Ini disebabkan pengetahuan warga tentang nilai arti sejarah yang minim. Padahal peninggalan seperti itu adalah aset dan harta yang tak terhingga.
Dari sana dapat diketahui riwayat, sejarah, silsilah suatu daerah. Sedangkan untuk masa sekarang, peninggalan megalith adalah aset wisata yang sangat menarik.
Pernah di Pagaralam ditemukan kepala arca yang sudah terlepas hingga terpental beberapa meter, dan ada juga sudah kembali terkubur tanah. Harusnya Dinas Pariwisata setempat langsung mengadakan penelitian di daerah tersebut.
Saat ini belum ada upaya maksimal dari pemerintah daerah untuk mengungkap kilasan sejarah di Bumi Besemah. Padahal ini tentu bisa dimulai dengan meneliti dan menghubungkan antara temuan satu dengan yang lainnya. Jangan sampai temuan megalith atau benda bersejarah dianggap hal yang sangat biasa, karena sangat sering ditemukan di daerah tersebut.
Diharapkan banyaknya temuan benda bersejarah dalam kondisi rusak, untuk segara diselamatkan dan dirawat. Karena hal tersebut adalah bagian dari bukti tingginya peradaban di Pagaralam. Belum ada kata terlambat untuk menjaga peninggalan yang tak ternilai ini. (***)


