



Penulis: Bupati Muba, Dodi Reza Alex Noerdin
MESKI perjalanan dari Sekayu Ibu Kota Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) ke tempat tujuan Kabupaten Sigi – Palu Sulawesi Tengah (Sulteng) menelan waktu berjama-jam, namun tak membuat saya bersama Tim Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Tim Pemkab Muba merasa lelah dan letih.
Apalagi selama perjalanan, semangat tim kemanusian bercerita tentang indahnya berbagi bersama disaat saudara saudari tertimpa musibah. Canda dan tawa yang selalu diperlihatkan seluruh Tim LTKL dan Pemkab Muba membuat saya kian bersemangat, karena komitmen saya dan Tim LTKL hanya satu yakni menyelesaikan misi sosial guna membantu masyarakat Sigi tepatnya di Kecamatan Kulawi yang terdampak gempa bumi magnitudo dan tsunami berkuatan 7,4 SR pada Oktober tahun lalu.
Tak terasa saat jarum jam menunjuk tepat pukul 06.00 WITA, saya bersama tim tiba di Bandara Sigi, dan kami disambut Bupati Sigi, M. Irwan Lapata untuk beristirahat sejenak sembari dijamu sarapan pagi. Setelah itu, saya bersama Bupati Sigi berserta rombongan melanjutkan kembali perjalanan dari Kota Palu melalui jalur darat menuju Kulawi.
Dalam perjalanan menggunakan kendaraan, saya bersama tim terus menelusuri jalan tanjakan berliku serta jurang yang dalam. Mobil kamipun berjalan beriringan dengan mobil Bupati Sigi yang berada persis di depan kami sambil menyapa warga yang tampak giat bergotong royong membenahi rumah keluarga mereka, yang satu desa yang terdampak waktu gempa.
Perjalanan menuju Kecamatan Kulawi cukup ekstrim, karena disisi sebelah kanan jalan jurang yang dalam dan di sebelah kiri jalan tebing yang terjal. Tetapi walau ektrim tidak membuat kami takut. Karena ketika mata memandang jauh saat menyusuri perbukitan dengan padang rumput dan pepohonan nan hijau luas menghampar, sejauh mata memandang sangat elok dan indah dipandang mata. Bahkan perjalan kami menuju Kecamatan Kulawi ini melintasi “Taman Nasional Lore Lindu”, meskipun memang Kabupaten Sigi merupakan daerah yang sangat parah saat gempa yang dahsyat terjadi.
Hati kecil saya pun hanya berkata inilah kekuasaan Allah SWT, namun Allah SWT masih memberikan keindahannya yang luar biasa di alam Sigi. Bahkan semangat masyarakat di sana pasca gempa ingin terus bangkit untuk membangun daerahnya yang hancur oleh bencana. Sangat terasa budaya gotong royong itu dan ternyata menumbuhkan kebersaman kita saat suka dan duka, sungguh warisan pendahulu kita yang wajib kita terus lestarikan di jaman sekarang ini.
Misi ini bagi saya sangat menyenangkan, karena merupakan pengalaman pertama saya sejak diangkat menjadi Bupati Muba. Apalagi, ketika saya bersama rombongan melewati jalan di areal perbukitan dengan didingnya sangat terjal dan miring, jalan dilalui itupun cukup satu kendaraan dengan di pinggirnya jurang yang sangat dalam.
Sinar matahari memancarkan sinarnya menembus kaca kendaraan, seperti mengiringi laju kendaraan, dan sinarnya menyilaukan mata sang driver. Namun laju mobil yang saya tumpangi tetap melaju di jalan perbukitan itu.
Saya disuguhkan perjalanan sangat berbahaya di atas perbukitan itu, karena jalan tersebut sangat sempit berliku dan menikung tajam. Bahkan kondisinya masih tanah bercampur pasir, debu-debu terlihat berterbangan menutupi jarak pandang kaca depan kendaraan, perlu keahlian driver melintas di jalan perbukitan ini.
Bukan itu saja, perjalanan menuju ke Kecamatan Kulawi tempat tujuan saya bersama rombongan dengan menembus hutan dan jalan yang sempit itu sangat memacu andrenalin saya. Namun dibalik itu, sangat membuat saya menikmati tantangan menjelajahi Sigi.
Saya bersama Bupati Sigi pun mengajak rombongan menyempatkan diri memberhentikan mobil untuk melihat-lihat pekerja proyek yang tengah fokus memperbaiki jalan. Mobil buldozer PU pemerintah setempat terus menderu membersihkan jalan lintas yang berada di atas perbukitan, yang diketahui jalan ini merupakan jalan lintas Palu menuju Kulawi. Mereka terlihat sangat bersemangat membereskan pengerjaaan jalan yang berada di tebing yang sangat terjal.
Saya juga sempat bertanya kepada salah satu pekerja terkait pengerjaan jalan tersebut, ia meneranangkan sebelah kanan jurang yang mendalam, jalan tersebut tadinya putus dan tak bisa dilalui. Sehingga warga Kecamatan Kulawi terisolir, bahkan lampu penerangan PLN putus. Namun Alhamdullilah, Tim Kemanusian Pemkab Muba LTKL dan Tim Bupati Sigi beserta rombongan lainnya yang ikut kompoi dapat melalui jalan tersebut dengan selamat sampai tujuan ke Kecamatan Kulawi.
Saya dan rombongan pun langsung ke Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi untuk menemui Camat Kulawi Rolly. Penyambutan saya bersama rombongan sangat luar biasa oleh sejumlah tokoh masyarakat, saya juga menyempatkan diri untuk berbincang -bincang.
Dalam perbincangan tersebut, mereka terlihat sangat bersemangat untuk membangun desanya kembali. Saya sangat terkesan dan terharu atas kekompakan mereka dalam bergotong royong membenahi dan membangun kembali daerahnya.
Disambut Meriah
PENYAMBUTAN mereka terhadap saya dan tim begitu meriah, apalagi mengenakan Siga (pakaian adat yang dijadikan tutup kepala), saya semakin salut dengan mereka, terlebih budaya adat Kulawi ‘Pantodui’ dipertontonkan kepada saya beserta rombongan sebagai hiburan pelepas lelah.
Tarian ‘Raego’ juga ditampilkan sebagai ucapan selamat datang untuk saya bersama rombongan yang pertama kali datang menginjakan kaki di Desa Bola Papu Kecamatan Kulawi. Setelah acara sambutan dengan cara adat istiadat asli warga Kecamatan Kulawi, kamipun dijamu makan siang dengan makan khas daerah Kulawi. Karena jam sudah menunjukan pukul 12.45 WITA, kamipun lahap makan bersama warga desa yang makanannya sudah dihidangkan oleh tokoh tokoh adat dan warga di sana.
Usai makan siang bersama, sayapun diantar untuk melihat-lihat kondisi pasca terjadi gempa tersebut. Terlihat, beberapa puing-puing bekas robohnya rumah masih tertumpuk di halaman rumah tersebut, tanah-tanah juga masih terlihat retak akibat bencana itu. Bahkan kamipun meninjau salah satu desa yang habis rata dengan tanah akibat gempa “Liquefaksi”.
Tujuan Pemerintah Kabupaten Muba kembali menempuh misi kemanusiaan dan peduli sesama ini, untuk membantu dan meringankan beban saudara-saudara Sebangsa dalam Kesatuan Negara Republik Indonesia di seluruh Nusantara. Saya bersama tim mengumpulkan donasi mencapai USD 250.000 untuk masyarakat Kabupaten Sigi. Terhitung pada 2018, hasil pengumpulan dana yang dapat disalurkan untuk mendukung Kabupaten Sigi mencapai angka tersebut.
Bersama tim dan anggota LTKL saya menyerahkan secara langsung bantuan donasi tersebut. Penyerahan bantuan dipusatkan di Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
Pada Kesempatan misi kemanusiaan tersebut, Pembina dan Penggerak Olahraga Terbaik se-Indonesia ini menyerahkan bantuan yang turut didampingi Kepala Bappeda Muba Indita Purnama S Sos MSi, Kepala Dinas Perkebunan Iskandar, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Andi Wijaya Busro, Plt Kepala BPBD Indita Purnama S Sos MSi, Kabag Humas Herryandi Sinulingga AP, dan Plt Kabag Protokol, Rangga Perdana Putra SSTP MSi.
Bantuan yang diberikan disambut secara langsung oleh Bupati Kabupaten Sigi, Muhammad Irwan SSos MSi didampingi Wakil Bupati Kabupaten Sigi Paulina SE MSi, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Sigi, Kepala OPD di lingkungan Pemkab Sigi dan Gorontalo, Camat Kulawi Rolli dan Ketua Majelis Adat Kulawi, Yore Pamei.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Sigi, Muhammad Irwan SSos MSi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rombongan.
“Banyak sekali bantuan yang diberikan, kami sangat berterima kasih atas perhatian dan pertisipasi ke Kabupaten Sigi, khususnya di Kecamatan Kulawi ini,” ungkapnya.
Ia menambahkan, bantuan yang diberikan sangat meringankan korban di Sigi khususnya di Kecamatan Kulawi.
“Semoga dengan bantuan yang diberikan ini membuat kondisi infrastruktur dan perekonomian masyarakat segera pulih, dan saat ini kami terus berupaya untuk kembali memulihkan keadaan wilayah kami secara keseluruhan dan kami akan terus bekerja keras bersama warga Sigi membangun kembali dan kami optimis Sigi Bangkit,” pungkasnya.
Saat jarum jam menunjuk tepat diangka 14.00 WITA, saya dan rombongan langsung kembali pulang ke Kota Palu. Bersama tim dari Bupati Palu kami pun melintas kembali di jalur perbukitan tersebut, tepat pukul 17.00 WITA berakhir jelajah saya menelusuri Sigi.
Saya bersama tim langsung beristirahat di salah satu hotel di Palu, dan dengan nafas lega ucapan dan sujud syukur saya panjatkan kepada Alla SWT atas kelancarangan perjalanan tersebut tanpa hambatan.
Perjalanan ini menjadi pengalaman berharga saya, dengan ridho Allah SWT semuanya selamat. Bupati Sigi M. Irwan Lapata pun bersama rombongannya mengucapkan selamat jalan. Lalu keesokan harinya saya bersama rombongan LTKL pulang menuju Makasar untuk ke Jakarta, Palembang, Muba.
Semoga masyarakat terdampak gempa dan tsunami di Palu, Sigi, Selteng selalu kuat menjalani kehidupannya. Itu doa saya terkakhir saat meninggalkan Sulteng, Aamiin. (***)




