
Setelah mendengarkan arahan singkat dari pemandu, seorang pengelola Istana Potala membukakan pintu bagian belakang.
Di belakang istana yang terdiri dari 1.000 unit kamar tersebut suasananya benar-benar sepi. Angin sepoi-sepoi menambah ketenangan suasana.
Dari pintu belakang, para delegasi menapaki tangga yang tersusun rapi dari bebatuan cadas sampai menuju pelataran.
“Bagi yang ingin ke toilet, silakan. Di atas sudah tidak ada lagi toilet,” kata seorang pemandu lainnya, sambil menunjuk salah satu sudut pelataran tempat kamar kecil berada.
Pelataran tersebut lebih pantas disebut sebagai pos pemberhentian pertama karena selain toilet, terdapat beberapa lapak pedagang makanan dan minuman.
Kerumunan pengunjung terlihat meskipun tidak se-membeludak di beberapa gerbang utama Istana.
Selain tersaring oleh tiket, pengunjung Istana Potala yang tingginya mencapai 400 meter itu juga mulai banyak yang kelelahan karena sejak dari pintu masuk mereka sudah menaiki tangga demi tangga.
Kekuatan fisik memang dibutuhkan agar bisa tuntas membezuk Istana Potala yang secara keseluruhan terdiri dari 13 lantai. Faktor ketinggian bangunan yang berdiri di atas ketinggian lebih dari 3.500 meter dari permukaan laut itu juga turut membuat daya tahan fisik kedodoran karena semakin tinggi permukaan bumi maka semakin menipis pula kadar oksigen.
Oksigen semprot hanya berfungsi sebagai alat bantu pernapasan yang sifatnya sementara.
Untuk memasuki bangunan yang lebih kecil di lantai berikutnya, para pengunjung dilarang memotret, mengenakan penutup kepala, dan memakai kaca mata hitam. Larangan ini sudah disampaikan saat pengunjung masih berada di pelataran tadi. HALAMAN SELANJUTNYA>>


