
PERTUMBUHAN dan pembangunan Kota Palembang sangat terasa. Pembangunan dimana-mana, pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit, ataupun pusat kebugaran. Dimana-mana nampak pembangunan, daerah yang dulunya kosong atau rawa-rawa ditimbun setinggi-tingginya untuk membuat gedung.
Bila kita melintas di jalan raya saat jam sibuk, tak aneh kita menemui banyak mobil-mobil jenis baru seliweran. Ini tentu saja menandakan peningkatan penghasilan warga kota.
Suatu kemajuan bila tingkat penghasilan warga kota ini semakin baik. Tetapi pertumbuhan ekonomi yang baik ini tak diimbangi dengan fasilitas pendukung atau fasilitas kota yang memadai. Bila ini dibiarkan terus menerus, tanpa ada pemecahan dari Pemerintah Kota, petaka akan datang untuk warga kota ini.
Lihat saja akibatnya saat ini, keresahan mulai terasa bagi warga. Untuk memenuhi kebutuhan tempat parkir, tak jarang warga memarkirkan kendaraan bukan pada tempatnya. Pada saat mendesak badan jalan dipakai, tak jarang trotoar juga dimanfaatkan.
Tak bisa hanya menyalahkan warga, karena memang fasilitas umum makin berkurang. Ruas jalan tak bertambah, sementara mobil baru tiap hari dijual ke pasar. Pembangunan pusat perbelanjaan terus digenjot, tetapi pembangunan tempat parkir ditinggalkan.
Masih banyak keluhan warga untuk soal parkir ini, yang disebabkan pemilik gedung dan pemerintah kota memang tak menyediakan lahan parkir yang memadai. Ini adalah masalah baru yang makin rumit.
Masalah lainnya, warga menggerutu tingginya pungutan parkir yang diambil pusat perbelanjaan. Mending pusat perbelanjaan tersebut menyediakan lahan parkir memadai, justeru sebaliknya saat warga sudah masuk dan membayar parkir, kenyataan pahit diterima, semua tempat parkir penuh.
Mumpung kondisi belum parah, Pemkot Palembang harus segera mengambil sikap untuk pihak-pihak yang menarik pungutan parkir di luar kewajaran. Jangan biarkan oknum mengambil keuntungan luar biasa dari parkir ini, atau pusat perbelanjaan seenaknya menetapkan tarif parkir. (***)


