


BANYAK kegelisahan rakyat pada Negeri ini, karena iklim usaha yang tak juga membaik. Makin hari, dunia usaha makin terasa tak nyaman, karena ekonomi tak menentu. Bahkan sangat terasa kegamangan, saat nilai tukar terhadap Dollar menyentuh angka 14.000, semua bertanya dan bingung, apakah selanjutnya bisa aman dan Pemerintah bisa mengatasinya.
Semua berharap, Pemerintah saat ini hendaknya segera dan cepat menerbitkan kebijakan untuk membuat nilai mata uang Rupiah membaik terhadap Dollar AS. Termasuk kewajiban pemerintah untuk menentramkan publik dalam kondisi nilai rupiah. Ini sangat penting guna membuktikan kemampuan dan menunjukkan ketangguhan tim ekonomi dalam mengoptimalkan situasi.
Uang Rupiah yang terus terjatuh harus diselamatkan. Jangan terlalu lama menunggu hingga rakyat merasa cemas, di tengah hidup yang makin susah. Hal tersebut justru membuat kondisi tak sehat, apalagi makin hari ekonomi terus mengalami grafik turun.
Memang benar, ekonomi dunia memang sedang terguncang. Tetapi tim ekonomi hendaknya mampu membuat terobosan dan kebijakan jangka pendek, jangan hanya diam saja. Rasanya tak pas terus menyalahkan resesi dunia, karena kondisi ekonomi harus dipulihkan. Bukankah selama ini kekuatan Indonesia selalu diagungkan sebagai modal utama untuk maju dan berkembang. Nah saatnya memanfaatkan momen ini.
Ekonomi negara yang belum stabil atau tak terlalu baik, memang sangat cepat terpengaruh dengan pasar di AS. Banyak yang memperkirakan pemerintahan kita yang baru akan bergerak cepat menaikkan ekonomi kita, tetapi di luar perkiraan karena Bangsa ini agak tertatih dengan terus melemahnya nilai Rupiah.
Di saat Dollar makin perkasa, permintaan Dollar makin naik, dan ekonomi di Amerika juga membutuhkan mata uang tersebut makin tinggi, di Negeri kita justru sebaliknya. Nilai mata uang kita makin terjun bebas. Entahlah sepertinya pemerintah belum juga mengeluarkan kebijakan ekonomi.
Tentu saja menyalahkah banyak pihak dan mencari kambing hitam tak ada gunanya, karena itu tak akan memperbaiki keadaan. Menggunakan kepercayaan yang sudah diemban, itu rasanya hal yang sangat mungkin. Gunakan itu sebaik mungkin, untuk menunjukkan dedikasi yang baik. Dengan Dollar senilai 14 ribu, masih harus kerja keras mewujudkan ekonomi yang stabil.
Terus melemahnya nilai Rupiah ini sudah terjadi sejak awal tahun 2015, bahkan tahun lalu.
Di penghujung tahun 2014, iklim ekonomi Indonesia sangat tak baik, ini ditandai dengan terus melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Menguatnya nilai Dolar dan membaiknya ekonomi di AS membuat mata uang ini ‘eksodus’ kembali ke AS.
Padahal saat itu, menjelang akhir tahun kebutuhan Dolar sangat tinggi, terutama bagi perusahaan dan BUMN dalam negeri yang banyak hutang. Intinya permintaan Dolar di dalam negeri sangat tinggi, sementara pasokannya minim.
Saat ini dolar-dolar di banyak negara di penjuru dunia perlahan mulai ditarik lagi ke Amerika. Banyak yang mengistilahkan saat ini Dolar pada pulang ke kampung asalnya AS. Nah kondisi Dollar pulang kampung tersebut, kembali terjadi sampai penghujung Agustus 2015 ini.
Di Negeri kita, tentu saja kondisi ini tak menguntungkan, hingga banyak pelaku usaha yang panik dengan kondisi ini, perusahaan besar di Negeri kita masih mengandalkan impor yang cukup besar.
Yang membuat miris di Negeri kita, justru mulai terjadi statmen saling menyalahkan untuk kondisi ini. Harusnya dicari benang merah untuk masalah ini dan dijelaskan ke rakyat, akar masalahnya jelas. Kalau memang ekonomi kita tak baik, ya harus diterangkan. Dimana negara-negara tetangga juga terkena imbas ekonomi tak baik ini.
Paling tidak rakyat diberikan cakrawala yang baik untuk memahani tiap masalah. Jangan statmen saling memojokkan dan menyalahkan.
Kita harus akui, ekonomi Amerika yang semakin menunjukkan perbaikan berpengaruh besar dengan Indonesia. Adanya perbaikan ini, membuat para spekulan suku bunga acuan The fed akan mengalami kenaikan, ditambah Amerika akan menghentikan stimulusnya.
Nah, saat ini Dollar-Dollar di banyak negara di penjuru dunia perlahan mulai ditarik lagi ke Amerika. Banyak yang mengistilahkan saat ini Dollar pada pulang ke kampung asalnya AS. (***)



