
Pagaralam, Koran SN
Diperkirakan puluhan hektare hutan dan termasuk museum teh di kawasan puncak Gunung Api Dempo Kota Pagaralam Sumatera Selatan, terbakar akibat kemarau panjang. Meskipun api tidak dapat terlihat, namun kabut asap yang diduga kuat dari hutan terbakar menyelimuti puncak Gunung Dempo hingga capai kampung IV Afeling III kawasan perkebunan teh.
Sementara petugas dari BPBD, Basarnas, Pos Pemantau, TNI dan Polres Pagaralam, mulai melakukan upaya memantau lokasi titik api yang menyebabkan hutan puncak Dempo terbakar.
“Kami belum bisa dipastikan berapa luas lahan dan lokasi titik api yang menyebabkan hutan di kawasan Gunung Dempo terbakar tapi digaan kuat api berada kawasan hutan lindung,” kata Kepala BPBD Herawadi didampingi Kabid Penanggualangan bencana Kusmi, Selasa (15/9).
Ia mengatakan, sebelumnya ada pendaki yang melapor jika melihat api yang berada di kawasan hutan lindung puncak Dempo.
“Kami belum bisa mengetahui lokasi hutan terbakar karena bukan hanya tidak bisa terlihat akibat kabut tebal menyelimuti kawasan Gunung Dempo dan lokasi juga cukup jauh membutuhkan sekitar 6 jam perjalanan,” kata dia.
Dia mengatakan, kemungkinan hutan terbakar akibat ada warga yang mendaki dan membuang pontong rokok sembarangan.
“Mengingat kondisi kemarau panjang sehingga banyak daun kerin yang mudah terbakar, apalagi di kawasan puncak juga banyak kayu-kayu kecil dan hutan semak belukar,” ungkap dia.
Namun demikian, kata dia, kebakaran hutan Gunung Dempo hampir setiap tahun terjadi bila kemarau panjang terutama arah wialyah Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat.
“Namun saat ini justru titik api berada di kawasan hutan lindung Gunung Dempo, yang merupakan kawasan musium the,” ungkap dia.
Kemudian, kata Kusmi, hutan lindung terbakar mulai dari selter I hingga selter II diketinggian 2.000 diatas permukaan laut (DPL).
“Kami sudah terjunkan tim beranggotakan 6 orang untuk menelusuri langsung lokasi titik api,” ujar dia.
Petugas Pos Pemantau Gunung Dempo, Mulyadi mengatakan, belum bisa dideteksi hutan yang terbakar meskipun menggunakan alat teropong tidak bisa menembus kabut tebal.
“Kami sudah melakukan pemantauan dengan menggunakan alat pemantau berupa terpong tapi tidak tembus akibat kabut asap,” ujar dia.
Dia mengatakan, belum bisa diketahui dengan pasti lokasi lahan terbakar termasuk luas lahan. (asn)


