


Palembang, SN
Ditunjuknya Sumsel sebagai tuan rumah Asian Games 2018 bersama DKI Jakarta, mendapat keuntungan tersendiri bagi provinsi yang diyakini menjadi pusat kerajaan Sriwijaya ini. Selain pembangunan tol Palembang-Inderalaya (Palindra) yang menggunakan dana APBN, ada tiga proyek besar lainnya yang juga akan dibangun di Sumsel.
Anggota Komisi V DPR RI, Fauzih H Amro mengatakan ketiga proyek dimaksud, yakni pembangunan jembatan Musi IV, Underpass simpang bandara, dan perbaikan jalan menuju Tanjung Api-Api sepanjang 73 Km.
“Sedangkan di APBN 2015 baik induk dan perubahan hampir Rp 1 triliun untuk pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di Sumsel, Komisi IV DPRD Sumsel sudah beraudiensi dengan kita,” kata Fauzi, Minggu (12/7).
Sementara untuk tol Palindra katanya, untuk pembebasan lahan sudah mencapai 75 persen.
“Sekarang dalam proses pembangunan. Dari 22 Km jalan tol yang akan dibangun, pembebasan lahannya sudah mencapai 75 persen,” ungkapnya.
Ia mengatakan, dalam waktu dekat, Komisi V DPR RI akan meninjau pembangunan jalan tol Palindra. “Setelah digroundbreaking oleh Pak Jokowi harusnya pengerjaannya sudah jalan. Seperti tol yang di Lampung. Nanti kita akan ke lapangan kalau memang ada problem,” kata Fauzi.
Sebelumnya, Anggota Komisi IV DPRD Sumsel Zainudin mengatakan, pembangunan tol Palindra dipastikan molor dari jadwal. Kepastian ini setelah Komisi IV DPRD Sumsel berkunjung ke PT Hutama Karya (HK), perusahaan pemenang tender pembangunan tol Palindra. Seyogyanya pembangunan tol Palindra sudah dimulai sejak Mei lalu, namun hingga kini, HK belum memulai pekerjaannya.
“Hasil kunjungan kita ke Hutama Karya, mereka beralasan masih ada lahan yang belum dibebaskan, hal ini bertolak belakang dengan keterangan Balai Besar Jalan dan Jembatan dan Gubernur Sumsel yang menyatakan pembebasan lahan sudah tidak bermasalah lagi. Permasalahan ini belum kita konfirmasi, namun jika melihat data, kita percaya memang masih ada lahan yang belum dibebaskan,’ ungkap Politisi Partai Demokrat ini.
Untuk teknologi pemadatan lahan kata Zainudin, masih menjadi kendala HK. Menurutnya, untuk pemadatan lahan yang didominasi rawa-rawa, sedikitnya membutuhkan 7 juta kubik tanah, untuk merealisasikan itu, dirasa sulit karena dipastikan akan merusak lingkungan tempat tanah tersebut diambil.
“Belum lagi dengan resiko tanah yang ditimbun itu turun, ini bisa menyebabkan tiang pancang pecah. Jadi, beberapa teknologi masih dalam kajian, salah satunya dengan terlebih dahulu menyedot air yang ada didalam rawa, kemudian ditimbun dengan pasir yang diambil dari sungai disekitar daerah itu,’ katanya. (awj)



