



PROJECT Light Rail Transit (LRT) yang melintasi pusat-pusat keramaian di tengah Kota Palembang diharapkan Pemerintah dan masyarakat memberikan manfaat atau kelancaran dalam berlalulintas. Tetapi sedikit banyak menimbulkan ekses negatif atau kerugian negara yang tak terduga terkait pembangunan sarana infrastruktur ini.
Beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, khususnya pada malam Minggu, sebagian badan jalan Jendral Sudirman yang menjadi lokasi pedestrian, tempat rakyat kota ini berkumpul, bermain dengan beragam aksi, bersosialisasi dan bercengkrama, mulai berangsur sepi sekitar jam 12 malam.
Di bawah lintasan LRT tersebut, dibuat atau dibangun median jalan dengan lebar sekitar 1,5 meter, ditimbun tanah dan ditanami dengan aneka tanaman untuk mempercantik serta memperindah median juga bangunan jalan.
Panjang lokasi pedestrian di pusat Kota Kito ini, lebih kurang 500 meter, tentu panjang median jalan lokasi tersebut juga hampir sama. Mulai dari sekitar depan eks pasar Cinde sampai menjelang depan simpang Masjid Agung.
Setiap malam Minggu atau hari libur, ribuan masyarakat kota ini tumpah ruah membikin keramaian serta crowd disitu; melangkah, bergerak atau berjalan-jalan di sekitar pedestrian tersebut, akibat negatifnya salah satu yang paling mencolok, adalah rusaknya seluruh tanaman-tanaman juga berhamburannya timbunan tanah, bahkan sebagian badan median jalan juga rusak.
Project ini baru saja usai maupun digunakan sekitar 2 bulanan, tentu masih dalam masa pemeliharaan.
Sepantasnya untuk segera diperhatikan serta ditata ulang, khususnya median jalan sepanjang lokasi pedestrian.

Berapa sudah kerugian negara diakibatkan kurang cermatnya perencanaan plus pengawasan atas pembangunan median. Disarankan, untuk menata ulang pengerjaan median jalan khusus di sekitar Pedestrian, timbunan tanah digantikan dengan pemadatan permanen (cor semen) dan penanaman tumbuhan digantikan tanaman dalam pot, berjarak per 5 meter, supaya kerapian, ketahanan dan kemanfaatan median jalan lebih terjamin juga terjaga dari lalu lalang ramainya pengunjung pedestrian.
Kota Kito ini sudah sangat ngeTop di Negeri ini, bahkan di berbagai Negara Asia. Teramat wajib, Pemerintah juga warga daerah ini bersepakat untuk membuat kota ini menjadi rapi, bersih, nyaman, indah dan aman. Misalnya, urgent bagi Pemerintah untuk segera menata buruknya sistem drainase di perkotaan, merapikan pemukiman warga yang tidak sedikit tergolong kumuh dan membangun diberbagai tempat (minimal 2 per Kecamatan) ruang publik terbuka nan hijau.
Dianjurkan, Pemerintah tak perlu latah latahan, seperti kota-kota besar lain di Republik ini, membangun Kota Metropolitan, Kosmopolitan, MegaPolitan atau ..Tan…tan yang lain.
Karena substansi serta trend kota seperti itu, akan membuat perilaku serta wajah kota berikut publiknya semakin individualis juga hedonis saja. Kita tak ingin seperti itu, tapi Kita berupaya bersama menjadikan kota ini Asri, Ramah serta Humanis.
Bagindo Togar Bb/Pemerhati Sosial/Forum Demokrasi Sriwijaya (ForDeS)




