Ternyata Truk Batubara Itu Terus Melintas

STATEMENT dari anggota DPRD Sumsel yang akan menghentikan truk batubara yang melintas di jalur Lahat – Palembang mulai 1 Mei 2015, ternyata tak ada buktinya. Karena sampai Minggu 10 Mei 2015, truk-truk tersebut masih melintas seperti biasa.

Dari pantauan Suara Nusantara di jalur Inderalaya, deretan truk-truk batubara tersebut masih leluasa berjalan di jalur jalan raya. Para pengemudi truk mungkin tak tahu, pura-pura tak tahu, atau memang sengaja melintas karena yang lain juga melintas.

Lalu bagaimana solusi untuk semua ini? Jalur khusus truk batubara yang katanya akan dibuat bagaimana? Mengapa permasalahan truk batubara ini sepertinya tak pernah usai. Haruskah ada korban lagi, baru dilakukan tindakan. Rasanya kondisi pembiaran seperti ini sangat tak menguntungkan rakyat biasa yang setiap hari melintas di jalur yang sama.

Baca Juga :   Rapid Tes 1 Santri dan TKI Asal Sumsel Dinyatakan Positif

Dari perbincangan dengan Ketua DPRD Sumsel beberapa waktu yang lalu, bilapun harus melintas, truk batubara tersebut harus diatur sedemikian mungkin, mulai dari waktu melintas, sampai ada titik-titik untuk berkumpulnya truk-truk tersebut. Semuanya harus diatur sebaik mungkin, tak bisa seenaknya sendiri.

Ini adalah sulusi yang baik sebelum selesainya jalur khusus batubara. Paling tidak bisa mengatasi kemacaten yang sangat parah dan menekan angka kriminalitas.

Sebagai catatan, selama ini akibat truk batubara yang melintas sudah melebihi volumen, tak terhitung lagi kecelakaan lalulintas yang terjadi. Tetapi apa yang terjadi sepertinya bagi pengambil keputusan hanya biasa saja, padahal korban nyawa sudah terjadi di jalur ini.

Baca Juga :   Manisnya Batubara di Lahat, Hanya Sesaat Saja!

Hasil tambang harusnya bermanfaat lebih untuk rakyat setempat dan sekitarnya. Tetapi ketika bahan galian ketika untuk mengangkutnya membawa penderitaan dan penyiksaan, harusnya semua pihak berpikir untuk mencari jalan yang baik.

Saya penulis dan keluarga saya sudah menjadi korban keganasan truk batubara di jalur Palembang-Lahat. Belum lagi korban lain yang tak terekspose.

Bahan galian tambang memang sebaiknya diambil untuk kemakmuran rakyat, ini sesuai amanat UUD 1945. Tetapi kalau faktanya untuk memanfaatkan bahan tambang tersebut terlalu banyak yang dikorbankan, rasanya dipertimbangkan lagi untuk semuanya.

Ditulis oleh Agus Harizal Alwie Tjikmat





Publisher : Alwin

Lihat Juga

Pasar Cinde Mangkrak Terus Diusut Kejati Sumsel

Palembang, KoranSN Dugaan kasus korupsi Pasar Cinde tahun 2016-2018 yang pembangunannya mangkrak hingga kini terus …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!