

“Setiap manusia punya kemampuan untuk menyembuhkan diri termasuk saraf, meski berbeda-beda kecepatannya. Pada beberapa orang ketika sarafnya mengalami regenerasi maka muncullah nyeri ulang, saat itu mungkin kita butuh tindakan berulang. Variasinya ada yang dari 6 bulan sampai 3 tahun hilang nyerinya. Tapi ada juga yang sesudah kembali ternyata nyerinya tidak muncul,” katanya.
Ia menggaris bawahi bahwa faktor seperti stres, keletihan, banyak pikiran, bahkan euforia, juga bisa memicu impuls nyeri dengan lebih kuat meski telah menjalani tindakan dan pengobatan.
“Pada kondisi itu, tekanan darah dan denyut nadinya ikut meningkat, hal ini juga menyebabkan pembuluh darah seperti menggedor saraf lebih kuat. Kalau seperti itu biasanya harus relaksasi untuk lebih tenang supaya nyerinya bisa hilang sendiri,” ujarnya. (Antara/awj)



