

Palembang, KoranSN
Pada triwulan I 2019, perekonomian Sumsel diperkirakan mengalami perlambatan. Namun perlambatan di triwulan I merupakan fenomena yang wajar dan merupakan bagian dari siklus pertumbuhan ekonomi yang terjadi karena proyek pemerintah yang masih dalam tahap perencanaan, proses awal pelelangan, serta belum masuknya dana transfer ke daerah mengakibatkan masih rendahnya realisasi anggaran belanja. Hal tersebut dikatakan Kepala Perwakilan BI Sumsel, Yunita Resmi Sari, Senin (4/3/2019).
Dijelaskannya, pertumbuhan ekonomi global yang tumbuh melambat terutama dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi negara maju, turut berdampak pada turunnya permintaan ekspor Sumsel. Harga komoditas di Februari 2019 yaitu minyak kelapa
sawit serta minyak bumi masih mengalami kontraksi masing-masing sebesar -19,48% (yoy) dan -16,63% (yoy). Di sisi lain harga karet sedikit meningkat sebesar 0,19% (yoy) namun masih berada pada
level yang rendah yaitu USD 1,9/kg. Harga komoditas yang masih rendah dan berada pada tren menurun ini diperkirakan akan berdampak pada pelemahan pertumbuhan ekonomi Sumsel.
Di sisi lain dikatakannya, harga batubara masih berada di level yang cukup tinggi yaitu sebesar USD 80,97/metrik ton, walaupun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Masih baiknyakinerja komoditas batubara diharapkan menopang positifnya pertumbuhan ekonomi Sumsel. Perlambatan ini dikonfirmasi oleh pertumbuhan jumlah dana pihak ketiga perbankan di
Januari 2019 yang melambat sebesar 9,69% (yoy), turun dibandingkan Desember 2018 yang sebesar 11,09% (yoy).
Hal yang sama dijelaskannya, juga terjadi pada penyaluran kredit yaitu melambat menjadi sebesar 12,63% (yoy) dari sebelumnya 13,38% (yoy) di Desember 2018. Sejalan dengan penurunan kondisi
perekonomian global dan melambatnya kinerja perekonomian Sumsel di triwulan ini, terdapat penurunan kualitas kredit Provinsi Sumatera Selatan di bulan Januari 2019 yang ditunjukkan dengan nilai NPL sebesar 4,24% atau meningkat dari sebelumnya 3,79%. Bank Indonesia.
Sementara itu dikatakannya, Bank Indonesia Perwakilan Sumsel menilai pertumbuhan ekonomi Sumsel yang di atas nasional pada 2018 sebesar 6,04 % merupakan pertumbuhan berkualitas karena dibarengi rendahnya inflasi. Capaian inflasi Sumsel pada tahun 2018 tercatat hanya 2,74%. “Jarang ada daerah yang mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi namun inflasinya tetap rendah,”tuturnya.
Yunita mengatakan, pencapaian dua indikator ekonomi makro itu disebabkan karena produk domestik regional bruto (PDRB) didorong oleh investasi dan sektor produktif, tidak semata-mata oleh sektor konsumsi. Perkembangan harga volatile food terjaga sehingga inflasi relatif stabil dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkualitas.(ima)


